Responsive image

Ekonom Sebut Rusuh Papua Pengaruhi Kinerja Investasi

CNN Indonesia | Feature | Thursday, 22 August 2019

Kericuhan yang dipicu oleh oknum organisasi masyarakat (Ormas) terhadap warga Papua dinilai tak berdampak pada ekonomi nasional dalam jangka pendek. Namun, jika kericuhan terjadi secara terus-menerus, hal itu berpotensi mempengaruhi aktivitas investasi dan bisnis dalam jangka panjang.

Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Eko Listiyanto berpendapat, ketidakstabilan keamanan yang terjadi di dalam negeri memang tidak secara langsung mempengaruhi aktivitas bisnis di Indonesia. Hanya saja, kerusuhan yang tak kunjung usai akan menimbulkan citra yang kurang baik terhadap kegiatan investasi.

"Terutama ini akan berdampak kurang baik bagi image keamanan investasi di sana (Papua)," jelas Eko, Senin (19/8). Kericuhan berpotensi mempengaruhi investasi untuk kawasan Papua Barat. Meski demikian, porsi investasi Papua Barat dan Papua terhadap realisasi investasi nasional tak terlalu signifikan. Jadi, total realisasi investasi nasional tak terlalu berpengaruh besar.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Papua dan Papua Barat tercatat sebesar Rp190 miliar sepanjang semester I 2019. Angka itu hanya 0,1 persen dari total PMDN hingga paruh pertama 2019 yakni Rp182,83 triliun. Dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi investasi di Papua dan Papua Barat tercatat US$738 juta atau 5,2 persen dari total PMA di periode yang sama yakni US$14,18 miliar. "Papua kan sejauh ini dikenalnya sebagai ladang investasi tambang, tapi kan memang kontribusinya tidak banyak. Jadi kalau menurut saya, dampak ke ekonomi nasional hanya lewat image keamanan investasinya saja," imbuhnya.

Direktur Riset Center of Reform On Economics (CORE) Mohammad Faisal juga sepakat bahwa perekonomian secara nasional tidak akan langsung terpengaruh oleh kejadian tersebut. Hanya saja, kejadian ini sudah menyandang nama Indonesia di dalamnya, sehingga persepsi investor tentang keamanan berinvestasi di Indonesia bisa berubah.

Kalau kerusuhan ini dibiarkan terus menerus, tentu aktivitas investasi ke Papua Barat dan Papua akan terhenti dan memperlambat laju pertumbuhan Produk Domestik Regional bruto (PDRB) dua provinsi tersebut. Sebagai catatan, Badan Pusat Statitistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Maluku dan Papua turun 13,12 persen secara tahunan pada kuartal II lalu.

Kondisi ini, lanjut dia, juga lebih mengancam perekonomian nasional jika merembet ke wilayah lainnya. "Meski investasi yang masuk ke Papua ini mungkin sedikit, tapi jika kerusuhan dibiarkan terus menerus tentu akan mempengaruhi sisi ekonomi lain dari Papua, misalnya produksi manufaktur atau aktivitas pertambangan. Sehingga lambat laun itu akan mempengaruhi PDRB Papua Barat dan Papua," jelasnya.

Agar persepsi investasi di Indonesia tetap cerah, Faisal meminta pemerintah untuk tetap menenangkan investor. Pertama, pemerintah harus memastikan bahwa posisi Manokwari jauh dari pusat pemerintahan dan ekonomi yang utama. Kedua, harus ada upaya untuk menjelaskan situasi ini ke negara-negara yang memang menjadi mitra ekonomi utama Indonesia. "Hal ini harus dilakukan karena kerusuhan yang membawa-bawa nama Indonesia ini mempengaruhi persepsi investor," pungkas Faisal.



Sumber: CNN Indonesia