Responsive image

Defisit Transaksi Berjalan Melebar Ibarat sedang Meriang

Medcom.Id | Feature | Tuesday, 13 August 2019

Indonesia sedang meriang. Begitu kondisi perekonomian dalam negeri kala diserang virus pelebaran defisit transaksi berjalan. Penyakit itu sudah diderita Indonesia sejak 2011 lalu akibat penurunan performa ekspor komoditi. Berbagai ramuan dan obat sudah diupayakan pemerintah mulai dari reformasi kebijakan maupun penyesuaian perekonomian di beberapa tahun terakhir. Sayangnya, virus current account defisit (CAD) enggan pergi alias bertengger dalam ambang batas wajar yang ditetapkan pemerintah.
 
Kini current account defisit (CAD) didiagnosis mencapai tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) oleh Bank Indonesia (BI). Temperatur defisit transaksi berjalan itu meningkat dari USD7 miliar menjadi USD8,4 miliar di kuartal II-2019. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menyebut penyakit meriang akibat defisit sebesar tiga persen masih wajar untuk sekelas negara berkembang.
 
Namun pelebaran CAD kali ini tak lagi tertolong oleh aliran modal asing. Hal ini tercermin dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit sebesar USD2 miliar di kuartal II-2019. Imbasnya, nilai tukar rupiah pun menjadi rentan dan loyo dalam beberapa waktu terakhir."Kalau CAD melebar ya kita rentan sakit dan rentan sebagainya misal ke rupiah kita. Masalah banyak sih enggak, cuman kita menjadi tidak bisa tumbuh lebih baik. Ada batasnya yang disebut tiga persen dan di bawah itu masih aman," ujarnya saat dihubungi Medcom.id di Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019.
 
Terlepas dari itu, defisit transaksi berjalan tak selamanya buruk jika impor digunakan untuk tujuan investasi produktif yang menghasilkan aliran pendapatan, misalnya pembangunan industri atau infrastruktur. Sebaliknya, akan terjadi ketidakseimbangan struktural bila defisit tidak menghasilkan aliran pendapatan di masa mendatang. Meski demikian, pemerintah perlu menyiapkan obat mujarab jangka panjang agar virus defisit transaksi berjalan tak lagi menyerang Indonesia. Satu-satunya cara dengan mengubah struktur perekonomian Indonesia dengan mendorong pertumbuhan industri substitusi impor.
 
Penurunan impor akan membuat defisit transaksi berjalan menjadi surplus. Selanjutnya rupiah tentu menjadi lebih stabil sehingga pemerintah bisa memacu investasi. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil pun bisa dicapai. "Defisit harus dihentikan biar kuat, sehat dan fit. Kalau rupiah stabil maka risiko investasi turun, investasi bisa dipacu ke atas dan ujungnya kita bisa mengharapkan pertumbuahn ekonomi yang tinggi dan stabil," pungkasnya.


Sumber: Medcom.Id